Kamis, 29 Desember 2011

Kamus Bahasa Indonesia - Inggris Gratis For PC

 

Klik Di Bawah Ini Untuk Mendownload

Agar Shalat Menjadi Lebih Khusyu'

Shalat mencegah kemaksiatan dan kemungkaran

Ibadah paling mulia yang merupakan jalan menuju sorga adalah shalat. Amalan pertama yang akan dihisab di hari kiyamat nanti adalah shalat. Jalan terbesar yang merupakan perantara menuju kesucian hati dan jiwa adalah shalat.
 
Betapa penting dan berharganya shalat hingga Allah SWT menjadikannya sebagai upaya dalam memperdalam arti kehamba'an atau ubudiah dan juga sebagai ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada penciptanya. Meskipun secara lahir shalat adalah berupa dzikir, ruku', sujud, berdiri, dan duduk saja, akan tetapi dia bukanlah sekedar itu. Disana terdapat makna yang lebih berarti dari pada hal itu. Sebuah kunci yang membuatnya menjadi berharga lebih dari mutiara dan perhiasan dunia lainnya. Sebuah pintu untuk menuju kesempurna'an shalat hingga orang yang melakukannya dapat memasuki surga Allah SWT yang paling tinggi. Kunci dan pintu tersebut adalah khusyu'. Hanya kekhusyu'anlah yang membuat shalat kita menjadi lebih berharga dan bermakna.
 
Untuk mencapai kesempurna'an dalam shalat, bukanlah dengan melakukan syarat dan rukun yang terlihat oleh mata saja, akan tetapi hendaklah hati dan anggota badan kita bersama-sama saling membantu dalam mencapai kesempurna'an itu. Jika kedua hal tersebut telah kompak dalam bekerja sama membangun kesempurna'an, maka barulah shalat ini bisa menjadi pembersih jiwa yang dapat mencegah seseorang untuk melakukan kejahatan dan kemungkaran. Seseorang yang dapat mencapai kesempurna'an tersebut niscaya dia akan terbebas dari perbuatan ujub dan  kebohongan, bahkan shalat ini dapat mencegah perbuatan kemungkaran lainnya, karena Allah SWT telah berfirman:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر[العنكبوت:45]

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran". Qs Al-Ankabut :45

Dosa - Dosamu Jangan Memutuskan Istiqomahmu

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
 
"Manakala anda terjerumus dalam dosa, janganlah kenyataan itu membuatmu putus asa dalam meraih
 
Istiqomahmu dengan Tuhanmu. Kadang-kadang, – siapa tahu – itulah akhir dosa yang ditakdirkan oleh Allah padamu.” 

 Jadikan keterjerumusan itu sebagai pintu taubat dan inabah demi beharap kepada Allah Ta’ala, sekaligus sebagai pintu khauf (rasa takut) kepadaNya. Sebab putus asa terhadap rahmat Allah itu bentuk tipudaya yang gelap, bahkan syetan harus berputus asa karena tidak mampu memperdayai anda dibalik tindakan dosa itu.

Imam Al-Ghazaly ra, menegaskan, “Sebagaimana dosa merebut anda, dan kembali kepada dosa sebagai aktivitas anda, maka jadikanlah taubat dan kembali kepadaNya sebagai aktivitas. Karena orang yang beristighfar tidak akan mengulang-ulang dosanya, walau ia mengulang tujuhpuluh kali setiap harinya.”

Kita bisa mengambil pelajaran dari Fir’aun, yang dosanya benar-benar memuncak dan paling besar, toh Allah Ta’ala masih  memerintahkan kepada Nabi Musa as dan Nabi Harun as,  “Katakan padanya dengan kata-kata yang lembut, siapa tahu ia bisa tersadarkan atau ia memiliki rasa gentar dan takut (Kepada Allah Swt).” (Thaha 44).

PDKT Via Hp dan Facebook Dalam Perspektif Hukum Islam


Manusia adalah makhluk sosial yang mendambakan hidup damai dan harmonis. Adalah normal jika manusia mengalami ketertarikan dengan lawan jenisnya. Motivasi untuk bisa mengenal karakter, menyamakan pandangan hidup dan motif-motif lainnya, seringkali dijadikan dalih pembenaran untuk melakukan pacaran, bahkan beberapa pihak ada yang sedikit peduli dengan kelestarian norma etik-sosial sehingga merumuskan konsep “Pacaran Islami”.

Cinta dalam Islam tidak dilarang, karena ia berada diluar kendali manusia. Dalam Al-Quran disebutkan:      

 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita (Q.S Ali-Imran 14)

Redaksi ayat diatas menjelaskan bahwa dalam diri manusia telah ditanam benih-benih cinta yang yang sewaktu-waktu bisa tumbuh ketika menemukan kecocokan jiwa. Bahkan, cinta merupakan anugrah yang harus disyukuri dengan mengekspresikan dan membinanya sesuai dengan norma syari’at. Islam dengan universalitas ajarannya telah mengatur hubungan manusia baik secara vertikal maupun horizontal, tak terkecuali hubungan antara dua muda-mudi yang sedang dirundung asmara.

Diakui atau tidak, rasa cinta dapat mendorong terhadap perubahan perilaku seseorang yang sedang dilandanya. Bahkan terkadang dapat memotifasi terhadap tingkah laku buruk (tidak sesuai dengan syari’at). Seribu cara ia lakukan demi mewujudkan 

keinginannya. Disisi lain, terkadang ada seseorang merasa sulit untuk mengungkapkan isi hatinya. Akhirnya, Atas nama cinta, perasaan yang selalu terpendam diungkapkan melalui via SMS atau facebook atau jejaring sosial lain yang sejenis.

Bagaimana Islam mengatur hubungan sepasang remaja yang sedang dilanda asmara? Adakah konsep “Pacaran Islami” dalam tradisi Islam? Bolehkah PDKT via HP, facebook dan lain sebagainya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Marilah kita simak uraian singkat dibawah ini! 


Definisi Pacaran

Istilah “pacaran” secara harfiah tidak pernah dikenal dalam tradisi Islam. Secara umum, tidak cukup kiranya jika kata “pacaran” hanya didefinisikan dengan pertemanan, berduaan ditempat yang sepi, atau diartikan dengan makan. jagung berduaan, nonton bareng, ngobrol atau apel setiap malam minggu kerumah sang kekasih. Kata “pacaran” lebih tepat jika diartikan dengan hubungan kemesraan antara dua sejoli yang saling memadu kasih. Sebab konotasi dari kata ini lebih mengarah kepada hubungan pra-nikah yang lebih intim dari sekedar media saling mengenal. Sepasang kekasih bisa dikategorikan sedang berpacaran, sekurang-kurangnya apabila keduanya pernah bergandengan tangan. Dengan demikian, tidak berlebihan kiranya jika istilah pacaran dianggap bid’ah dalam tradisi Islam.

Selasa, 27 Desember 2011

Riya'

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
 
Syeikh Ibnu Ajibah al-Hasany dalam syarah Al-Hikam mengatakan, bahwa riya’ itu bermakna sebagai pencarian posisi di tengah publik, melalui amalnya yang saleh. Apakah amal itu terlihat jelas atau tersembunyi.

Bahkan riya’ itu sering merasuki amal-amal yang tersembunyi, ketika tak seorang pun memandang anda. Dan ini sangat sulit, karena lebih rumit dibanding lubang semut.

Sebagian kaum ‘arifin menegaskan, “Aku berusaha membuang riya’ dalam hatiku dalam setiap rekayasa, dari berbagai arah, hingga saya meraih dari sisi lain yang tak pernah kuduga.”

Sebagian mengatakan, “Diantara riya’ paling besar adalah apabila seseorang memandang pemberian, penggagalan, bahaya dan manfaat itu datangnya dari makhluk.”

Menyikapi Pujian Makhluk

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary : “Semesta ciptaan ini ada karena ketetapan dariNya, dan terhapus oleh Kemaha-Esaan DzatNya.” 

Syeikh Zarruq mengatakan, “Bila anda memandang makhluk dari dimensi penetapan oleh Allah Ta’ala pada mereka, maka anda melihat makhluk sebagai wujud. 

Namun bila anda melihat mereka dari segi bahwa mereka adalah makhluk yang sangat butuh, sangat kurang dan tidak merdeka, maka anda telah memandang mereka sebagai wujud ketiadaan.