Senin, 07 Maret 2011

Shaum Sunnah Rasulullah SAW



Shaum atau dikenal dengan puasa, adalah salah satu ibadah utama yang sering dicontohkan Rasulullah SAW. Berdasarkan hukumnya, shaum sendiri terbagi kedalam 4 golongan, yaitu shaum wajib, shaum sunnah, shaum, makruh, dan shaum haram. Dalam artikel kali ini, akan diuraikan secara singkat mengenai shaum sunnah.
Pada prinsipnya, shaum dapat dilakukan pada hari apa saja, selain 2 hari raya dan 3 hari tasyrik, asalkan tidak dikhususkan pada satu hari tertentu. Namun, ada beberapa shaum sunnah yang lazim dikenal dan tercantum dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. Shaum-shaum tersebut adalah sebagai berikut:

Cara Tidur Rasulullah SAW


Tidur adalah salah satu kebutuhan terpenting bagi tubuh dan jiwa kita, sekaligus merupakan nikmat dari Allah SWT yang tidak ternilai. Sayangnya tidak semua orang mengerti bagaimana cara tidur yang berkualitas tinggi seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW. Berikut ini adalah tips singkat mengenai bagaimana cara beliau ketika akan tidur dan ketika bangun tidur, semoga bisa kita ikuti 
Ketika akan tidur:
  1. Berwudhu-lah seperti wudhu ketika akan sholat;
  2. Bacalah do’a sebelum tidur. Pilihlah salah satu dari contoh doa Rasulullah SAW di bawah ini:
    1. Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa“, yang artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup”;
    2. Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka“, yang artinya: “Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu”;
    3. Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa“, yang artinya: “Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mati dan aku hidup”;
    4. Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta“, yang artinya: “Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus”.

Cara Minum Rasulullah SAW

Sebagaimana Rasulullah SAW mencontohkan cara makan, beliau juga memberikan teladan tentang cara minum. Cara Rasulullah SAW minum adalah sebagai berikut:
  1. Berniat minum karena ibadah kepada Allah SWT;
  2. Memulai minum dengan basmalah: “Bismillah“;
  3. Minumlah dengan tangan kanan;
  4. Tidak bernafas dan meniup air minum di dalam wadah;
  5. Beliau bernafas 3 kali ketika minum. Hembusan nafasnya di luar gelas;
  6. Tidak minum langsung dari teko/ceret;
  7. Dianjurkan lebih minum dalam keadaan duduk (walaupun dalam keadaan berdiri juga diperbolehkan);
  8. Menutup tempat minuman pada malam hari;
  9. Bersyukurlah dengan minuman yang ada dan tidak boleh mencelanya;
  10. Ucapkan hamdalah, “Alhamdulillah“, setelah minum.
 Dinukil dari : cara-muhammad.com

Cara Makan Rasulullah SAW


 
Makan adalah aktivitas yang pasti dilakukan setiap manusia. Cara dan pola makan sangat berpengaruh pada kesehatan jasmani, bahkan rohani kita. Rasulullah Muhammad SAW telah mencontohkan cara dan pola makan ideal yang membuatnya hanya pernah 3x sakit selama hidupnya.
Prinsip yang selalu dipegang Rasulullah Muhammad terkait dengan makanan adalah:
  1. Hanya makan makanan yang Halal (diperbolehkan sesuai syariat) dan Thayyib (baik gizi dan kandungannya)
  2. Jangan pernah makan hingga terlalu kenyang.
  3. Jangan tergoda makan lagi sesudah kenyang 
  4. Jangan makan melebihi sepertiga perut, karena sepertiga lainnya adalah untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk udara (nafas).
Tata cara makan Rasulullah Muhammad SAW adalah sebagai berikut:
  1. Bacalah doa sebelum makan;
    1. Minimal bacalah basmalah: “Bismillah“.
    2. Jika kita lupa membaca doa, lalu teringat ketika sedang makan, bacalah: “Bismillahi fii awwalihi wa aakhirihi“, yang artinya: “Dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhirnya”.

Minggu, 06 Maret 2011

Meraih Ridha Allah Dengan Tiga Perkara

“Bukti paling nyata atas kesempurnaan akal seseorang adalah pujiannya kepada teman sejawat; bukti paling nyata atas kerendahan hati seseorang, kerelaannya untuk diakhirkan di tempat yang semestinya ia berhak didahulukan; dan bukti paling nyata keikhlasan seorang hamba ialah tidak menghiraukan dalam membuat marah makhluk dalam membela kebenaran.”
(Imam Abdullah Al-Haddad)
KESEMPURNAAN AKAL
Saat seseorang mendapati teman yang selalu memberi kritik membangun, dan ia senang dengan hal itu, petanda kesempurnaan akal. Sebaliknya, pada saat ia dikritik ia tidak mau menerima, itu artinya ia menganggap pendapatnya yang terbaik, ingin menang sendiri, egois, selalu mencari kesalahan orang lain dan selalu hendak menjadi nomor satu, meskipun ia tak layak.
Seharusnya, pendapat dari siapapun tidak boleh dipandang sebelah mata, harusnya dipikir masak-masak, ambil yang baik dan tinggalkan selainnya. Orang lainlah yang lebih bisa meneliti diri kita ketimbang diri kita sendiri. Ibarat seorang yang baru terjaga dari tidurnya, lantas diingatkan, “Matamu ada kotorannya.” Atau orang yang berkata, “Pakainmu kurang rapi.” Hal demikian ini jangan dipandang sebagai upaya menjatuhkan harga diri. Mestinya ia berkata, “Terima kasih, kamu temanku yang paling perhatian kepadaku.”
Kesempurnaan seseorang akan terbukti jika ia mau mengakui keunggulan teman sebayanya. Ingat, kalau ia merasa unggul dari orang lain, dia adalah orang yang bodoh. Selain itu, ini juga suatu isyarat hendaknya kita dalam segala hal mendasarkannya dengan prasangka baik. Sikap semacam penting digaris bawahi agar tidak melihat semua orang sebagai lawan, semua orang jelek. Husnuddzan kepada hamba termasuk perangai terbaik.  Nabi SAW bersabda:

خَصْلَتاَنِ لَيْسَ بَيْنَهُمَا خَيْرٌ مِنْهُمَا: حُسْنُ الظَّنِّ بِاللهِ وَحُسْنُ الظَّنِّ بِعِباَدِ اللهِ

“Ada dua perangai dimana tidak ada yang lebih baik dari selainnya: baik sangka kepada Allah dan kepada hamba-hambaNya.”
Bagaimana bentuk berprsangka baik kepada Allah? Ambil misal, hari ini pasaran kita lagi seret, toko mengalami kemerosotan omzet. Kita berucap, “Allah menghendaki aku untuk lebih banyak memohon kepada-Nya sekarang. Hari ini tak ada pembeli, mungkin besok ada. Yang jelas Allah ingin menguji kesabaranku dan ridhaku kepada-Nya.”

Jumat, 04 Maret 2011

Etika dan Sunnah



Id dalam bahasa arab adalah sebuah kalimat yang berarti sesuatu yang di biasakan, atau terulang-ulang. dan Id (hari raya) adalah suatu slogan atau motto bagi setiap umat di planet bumi ini, baik umat ahli kitab atau lainnya, sebab mengadakan suatu pesta raya merupakan tabiat manusia, mereka menyukai  perayaan, pesta pora dan bersenang-senang.

Ada dua hari raya bagi umat islam, yang pertama setelah melakukan ibadah puasa ramadhan yang disebut Idul Fithri, dan merupakan hari pertama tidak berpuasa diawal bulan Syawal, hari kegembiraan dan kebahagiaan bagi orang-orang yang berpuasa dengan mengharap ridho Allah SWT yang telah memberikan pertolongan sehingga dapat menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Dan menganugerahkan sertifikat sebagai orang yang bertaqwa dengan melaksanakan ibadah puasa dan qiyam (sholat taraweh dan witir atau ibadah lainnya dimalam hari) dan menahan hawa nafsu. Sebagaimana yang disabdakan Nabi SAW bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya.. (HR. Muttafaqun alaih).
   
Yang kedua adalah setelah menunaikan ibadah haji yang disebut dengan hari raya Idul Adha (Hari raya Qurban) yaitu hari kesepuluh dari bulan Dzul hijjah, hari kebahagiaan bagi orang yang menunaikan ibadah haji atas nikmat Allah yang telah diberikan berupa pengampunan dan lembaran baru yang bersih dari segala dosa dan noda, hari kebahagiaan bagi umat islam sebagai remember sejarah pengorbanan seorang bapak dan anaknya dalam menjalankan perintah Allah SWT. dialah Nabi Ibrohim AS dan putranya Ismail AS.
   
Dalam merayakan hari raya, ada etika khusus yang hendaknya jangan sampai dilupakan, agar dalam merayakannya tidak terlena, lepas kontrol, sehingga merusak tatanan ibadah yang kita laksanakan sebelumnya, hanya karena menuruti nafsu.


1.    Qiyam lailatul Id ( beribadah di malam hari raya)
   
Qiyam lailatul id dengan melaksanakan bermacam-macam ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT berupa zikir, sholat, bertasbih, dan membaca al-Qur'an sebagaimana sabda Rosulullah SAW, barang siapa yang menghidupkan empat malam, maka, wajib baginya masuk surg, yaitu malam  Tarwiyah (8 Dzulhijjah), malam Arafah (9 Dzulhijjah), malam hari raya qurban, dan malam hari raya idul fithri. (HR. Ibnu Asakir). Dan barangsiapa menghidupkan malam hari raya Idul Fithri dan Adha, maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati manusia mati. (HR. Thabrani)
 

Kamis, 03 Maret 2011

Kata Mutiara Ibnu Atho'ilah


Sikapi ujian-Nya dengan benar. 

"Bisa jadi engkau memperoleh
tambahan kurnia dalam kesukaran,
apa yang dalam puasa dan solat
tidak engkau dapatkan.

Bisa jadi Allah memberimu maka menolakmu,
dan bisa jadi Dia menolakmu maka memberimu.


Penolakan dari Allah
terasa pedih bagimu
hanya kerana engkau tak mengerti
rahmat Allah di balik penolakan itu.

Ketika Allah membukakan pintu pengertian
bagimu tentang penolakan-Nya,
maka penolakan itu pun berubah
menjadi pemberian."

Rabu, 02 Maret 2011

Sholawat Nuril Anwar


Allahumma shalii ala nuril anwar 
wa sirrill ashar 
wa tiryaqil aghyar 
wa miftahi babil yasari 
saydina wa maulana Muhammadinil mukhtar 
wa alihil athhar 
wa ashabihil akhyar
‘adada ni’amillahi wa ifdhalih